Namanya juga hobi panjat tebing, tentu saja tebing merupakan prasarana
dalam kegiatan panjat tebing. Pengetahuan dasar tentang tebing yang
harus diketahui antara lain: Bentuk tebing, bagian tebing yang dilihat
secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak. Bagian-bagiannya antara
lain blank (bentuk tebing yang mempunyai sudut 90derajat atau biasa
disebut vertikal), overhang (bentuk tebing yang mempunyai sudut
kemiringan antara 10-80 derajat), roof (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat,
terletak menggantung), teras (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0
atau 180 derajat, terletak menjorok ke dalam tebing), dan top (bagian
tebing paling atas yang merupakan tujuan akhir suatu pemanjatan).
Lalu ada soal permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing yang
nantinya akan digunakan untuk berpegang dan berpijak dalam suatu
pemanjatan. Bagian ini di kategorikan menjadi tiga bagian: face
(permukaan tebing yang mempunyai tonjolan), slap/friction (permukaan
tebing yang tidak mempunyai tonjolan atau celah, rata, dan mulus tidak
ada cacat batuan), dan fissure (permukaan tebing yang tidak mempunyai
celah/crack).
Dengan mengenali pengenalan dasar atas medan yang hendak ditempuh, para
pemanjat akan langsung bisa mempersiapkan teknik penaklukannya dan
mengurangi tingkat kesulitannya.
Untuk memudahkan estimasi tingkat kesulitan tersebut, biasanya
digunakan sistem desimal yang dimulai dari angka lima (mengacu pada
standar tingkat kesulitan yang dibuat oleh Amerika).
Tingkat kesulitan 5,7-5,8 adalah tingkat kesulitan pemanjatan yang amat
mudah. Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat banyak,
besar, dan mudah didapat. Sudut kemiringan tebing belum mencapai 90
derajat.
Tingkat kesulitan 5,9. Tingkat kesulitan pemanjatan yang mulai agak
sulit karena jarak antara pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi
masih banyak dan besar.
Tingkat kesulitan 5,10. Pada tingkat ini pemanjatan mulai sulit karena
komposisi pegangan dan pijakan sudah bervariasi besar dan kecil. Jarak
antar celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan
dan satu tumpuan kaki, faktor keseimbangan mulai dibutuhkan.
Tingkat kesulitan 5,11. Tingkat kesulitan ini lebih sulit lagi karena
letak antara pegangan yang satu dengan pegangan yang lainnya berjauhan
dan kecil-kecil yang hanya bisa dipegang oleh beberapa jari saja,
kedua tungkai melakukan gerakan melebar agar kaki dapat bertumpu pada
tumpuan berikutnya. Keseimbangan tubuh sangat berpengaruh, bentuk
tebing yang dilalui pada lintasan ini terdapat variasi antara tebing
gantung dan atap.
Tingkat kesulitan 5,13-5,14. Jalur lintasan ini bervariasi antara
tebing gantung dan atap dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan
tangan. Pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu
pada ujung jari (edginh) bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan
(hooking).
Selain kriteria kesulitan ini, Negara lain juga membuat tingkat
kesulitan sesuai dengan penilaian masing-masing, antara lain Jerman,
Perancis, UIAA (Union Internationale des Association Alpines).
Tehnik Dasar yang Umum
1. Pertahankan 3 titik kontak. 2 tangan dan 2 kaki total semuanya jadi 4 kontak. Waktu kamu manjat usahakan 1 kontak mencari pegangan atau pijakan dan 3 lainnya tetap menempel pada tebing. Dengan cara ini kamu enggak bakal cepet cape.
2. Usahakan tangan selalu lurus ( jangan membengkokan siku). Waktu meraih pegangan tangan setinggi apapun segera jatuhkan badan kamu dengan menekuk kedua lutut dan meluruskan tangan. Kalo kamu terus2an membengkokan siku waktu manjat dan mencengkram dengan keras dijamin tangan kamu cepet lemes. Dengan tangan lurus sebagian beban tubuh ditunjang oleh otot bahu dan dada jadinya lebih enteng.
3. Manjat dengan kaki dan bukan tangan. Karena kaki lebih kuat maka sering2lah mendorong vertikal dengan kaki kamu bukannya menarik vertikal dengan tangan kamu.
Dalam penguasaan tehnik kita juga harus familiar dengan medan tempur. Jenis bebatuan tebing akan sangat menentukan tehnik apa yang kita perlukan agar bisa manjat kepuncak dengan mulus. Tebing dan bebatuanlah yang bakal mendikte kita dan memaksa kita untuk begini dan begitu. Proses inilah yang membuat pemanjat tebing dan seorang pelaku boulder (pemanjat batuan besar) bersahabat dengan alam. Makanya selain kita harus tau nama dari tehnik itu sendiri kita juga harus mengenal nama dari bentuk pegangan/ pijakan yang bakalan dipake.
sumber